Sunday, November 28, 2010

Pembelajaran


Buku Latihan Sekolah

NAMA : Aliff Fikri

TINGKATAN : 2 Han

PERKARA : Han 2

SEKOLAH : Hidup & Mati

Saturday, November 27, 2010

'Meshes of The Afternoon ' Movie Yang Perlu Kau Tengok Sebelum Kau Mati.





What I really like about Deren is the way she makes unashamedly symbolic films. she turns things like keys and cats into tokens of subconscious patterns. she broke loose from the typical pattern of expressing interior states through mise-en-scene, dramaturgy, storytelling convention, etc... she completely ignored the way cinema always tries to comprehend the exterior and interior in the same frame. what we get in Meshes of the Afternoon is a blast of pure subjective cinema that without a shred of irony accepts a woman's dream as a legitimate form of expression. we live in a post-resnais, post lynch world in which we find these kinds of subjective expressions and cyclical, psychological narratives all over the place. but Meshes is from 1943. this is a whole fifteen years before Hiroshima, Mon Amour and Marienbad, which register as key films in the next wave of cinema that dealt with memory, gender, and violence with the same uncritically post-modern verve that motivated Deren. of course it is a throwback to Cocteau and Dali, but there is something very distinctly post-war about it as well.

Thursday, November 25, 2010

Hari Tanpa Belanja

Hari Tanpa Belanja K.Lumpur 27 November 2010 ini di Map, Solaris Dutamas.


Apa benda hari tanpa belanja ni?
sebuah idea sederhana untuk bersikap lebih kritis pada budaya konsumer dengan jalan mengajak kita untuk tidak berbelanja selama satu hari. ini dilakukan untuk melawan budaya konsumer.

Dari mana hari tanpa belanja berasal?
bermula dari 1993 www.adbusters.org sebuah organisasi yang berpusat di kanada yang bertujuan meningkatkan kesedaran kritis konsumer (idea asal adalah dari seorang makhluk tuhan bernama Ted Dave. kini hari tanpa belanja telah dirayakan secara internasional di lebih 30 negara.

Apa tujuannya?
ideanya adalah untuk membuatkan orang ataupun pengguna untuk berhenti dan tidak berbelanja untuk barangan yang bukan merupakan keperluan mereka. dan berfikir tentang apa dan seberapa banyak barang yang mereka beli telah mempengaruhi lingkungan.

Siapa yang merayakannya?
anda!!! ini adalah perayaan anda!! bagi tahu rakan-rakan, teman-teman, pasanglah poster dan jangan belanja pada 27 november.

Mengapa ada perbezaan tarikh perayaan?
di amerika syarikat dan kanada, hari tanpa belanja tahun ini dirayakan pada 26 november, sehari selepas perayaan thanksgiving. di kuala lumpur, hari tanpa belanja akan dirayakan pada 27 november 2010 iaitu pada hari minggu, dimana hari minggu adalah hari masyarakat metropolitan kota dan para hipster-hipster berbelanja dan berhibur menghabiskan wang ringgit mereka.

Apa yang akan saya dapat?
selama 24 jam anda akan menjarakkan diri dari konsumerisme dan akhirnya mulai sedar bahawa berbelanja itu tidaklah terlalu penting. tanpa belanja hidup anda sebagai manusia akan lebih cermat dan lebih normal.

Apakah itu bererti saya dilarang berbelanja?
percayalah sehari tanpa belanja tidak akan membuatkan hidup anda menderita.
Belanja, apa salahnya?
sebenarnya bukan hanya berbelanja saja yang merbahaya, tetapi apa yang kita beli itu juga bahaya. ada 2 wilayah yang perlu kita perhatikan iaitu lingkungan dan kemiskinan. negara-negara kaya di barat (hanya 20% dari populasi dunia) mengkonsumsi lebih dari 80% sumber alam dunia, dan meyebabkan ketidakseimbangan dan kerosakkan lingkungan. kita patut bimbang pada cara barang-barang kita dibuat.

Bagaimana dengan lingkungan?
bahan-bahan baku dan cara pembuatan yang digunakan untuk membuat barang-barang yang kita miliki itu tanpa kita sedar dibuat dari bahan-bahan yang beracun, bahan-bahan yang boleh menyebabkan kerosakkan persekitaran, dan ini sekaligus menyebabkan pemborosan energi.

Apakah tidak berbelanja satu hari akan menyebabkan berlakunya perubahan?
hari tanpa belanja tidak akan mengubah gaya hidup kita hanya dalam satu hari, ianya lebih kepada pengalaman kita untuk melakukan perubahan. tujuan utama hari tanpa belanja adalah untuk menyusup masuk dalam ingatan, dan merayakannya setiap tahun seperti mana kita merayakan hari natal, hari raya aidil fitri, chinese new year, thaipusam dan lain-lain. tapi ianya agak unik dari hari perayaan yang lain kerana ianya menyebabkan kita berfikir tentang fungsi dan nilai ekonomi serta sedikit sebanyak menjadi pengguna yang berbelanja hanya untuk barang keperluan sahaja dan tidak terpengaruh dengan naluri jahat 'kehendak'.
Apa yang harus saya lakukan?
tidak melakukan sesuatu bererti melakukan sesuatu.

fikir dulu sebelum berbelanja!

jawaplah pertanyaan ini sebelum berbelanja!

- apakah saya benar-benar memerlukannya?
- berapa banyakkah barang ini telah saya miliki?
- berapa kali saya akan menggunakannya?
- berapa lamakah barang ini akan tahan?
- bolehkan saya meminjamnya dari teman atau keluarga?
- bolehkah saya buat sesuatu tanpa membeli barang ini?
- kalau rosak bolehkah saya memperbaikinya?
- apakah barang ini berkualiti baik?
- bagaimana dengan harga?
- apakah barang ini hanya untuk dipakai sekali saja?
- apakah barang ini boleh dipakai lagi selepas sekali menggunakannya?

marilah kita merayakannya. tak mati pun kalau tak berbelanja satu hari.

Tuesday, November 16, 2010

Jerat Konsumerisme

"atas bujukan setan, hasrat yang dijebak jaman - kita belanja terus sampai mati"
(efek rumah kaca - belanja terus sampai mati)

Keseharian hidup kita, terutamanya yang tinggal di daerah kota seperti di kuala lumpur. setiap detiknya tidak akan pernah lepas dari jeratan "shock therapy" billboard-billboard, pamplet-pamplet dan iklan konsumerisme. slogan-slogan licik dengan wajah dan kata-kata yang manis, persuasive dan penuh ghairah ditayangkan, khususnya melalui media. untuk itu, siapapun tidak akan menyedari bahawa dirinya sedang cuba dipengaruhi oleh tanda dan citra yang menawarkan kebebasan, kenikmatan dan kebahagian hidup.

Itulah tanda-tanda post-modernisme, suatu tanda zaman yang mengagungkan budaya massa. indikasinya, konsumsi mengalahkan produksi, nilai tanda mengalahkan nilai guna dan nilai tukar. contohnya, jika kita membeli produk import (apapun brand), bukan dilihat melalui fungsinya tapi dari prestigenya (kecenderungan seperti ini banyak melanda kaum muda ibu-kota). mereka cenderung memilih produk import berbanding buatan lokal. lebih memilih mcdonalds berbanding burger tepi jalan depan 7 eleven. padahal sajiannya hampir sama saja.

Semua ini mesti diakui adanya gempuran pelbagai media yang semata-mata mengaut keuntungan tanpa peduli sama sekali impaknya. inilah kurun sejarah yang memuja bentuk dan penampakan berbanding kekhususan, serta mengejar keuntungan berbanding kemanfaatan dan fungsi. televisyen, iklan, shopping mall, video game, kursus kecantikkan, cat rambut, plastic surgery, adalah sederet ikon gaya hidup dan kosa kata budaya massa.

Budaya massa difahami sebagai budaya popular yang diproduksi melalui teknik prdoksi massa dan diproduksi melalui keuntungan. budaya massa adalah budaya komersial. budaya massa ditumbuhkan dari atas, ia diproduksi oleh tenaga-tenaga teknik yang diperkerjakan oleh produser. sasarannya adalah konsumer-konsumer pasif dimana partisipasi mereka terbatas pada pilihan membeli atau tidak membeli. oleh sebab itu dalam realiti kebudayaan dewasa ini, tidak ada lagi budaya tinggi, agung dan luhur. sebagaimana tidak ada lagi budaya rendah atau pinggiran. budaya tinggi kini telah berubah menjadi komoditi produk budaya yang dikomersialkan. dalam bidang muzik, dari situasi seperti ini boleh jadi sudah tidak ada lagi yang namanya genre muzik tertentu lebih hebat dari genre muzik yang lain. kenapa demikian? kerana semuanya sudah jadi komoditi dan semuanya sudah harus dijual. seperti yang terjadi dalam industri muzik arus besar selama ini.

Semuanya sudah sama saja, sebab semua sudah jadi industri dan automatis dijual secara massa@murah-meriah. menurut AC Nielsen, 93 peratus konsumen malaysia termasuk recreational shoppers(pembelanja rekreasi), mereka berbelanja bukan kerana keperluan, tetapi lebih untuk kesenangan. ini lebih parah dibandingkan dengan amerika syarikat yang masyarakatnya terkenal konsumtif, hanya 68 peratus saja konsumennya yang recreational shoppers.

Inilah fahaman konsumtivisme merangkap fahaman yang mahu mengkonsumsi sahaja. fenomena anak muda yang cuba meng-up-kan diri. yang suka berbelanja di shopping-shopping mall atau minum kopi di starbucks. hanya ingin menggunakan brand-brand seperti louis vuitton, armani, prada, dunhill, ralph lauren dan macam-macam lagi, merupakan tanda nyata budaya konsumtif sudah meyerang. dan yang menjadi masalah adalah fenomena seperti ini tidak diimbangi pola hidup yang produktif dari masyaraktnya.

Arus konsumerisme atau kecanduan belanja yang sifatnya emosional, bukan lagi rasional. melalui iklan, kempen, talk show dan gempuran pelbagai informasi melalui media massa, konsumen dirayu untuk mengkonsumsi lebih dan lebih banyak lagi. dalam mekanisme komunikasi seperti ini, tak ada lagi pesan, tak ada lagi makna kecuali semata-mata dorongan memikat untuk mengkonsumsi apa yang ditawarkan.

Menurut Jean Baudrillard, konsumen adalah "majoriti yang diam", yang pasif menerima segala apa pun yang masuk ke dalam tubuh dan fikirannya, menelannya mentah-mentah tanpa pernah mampu merefleksikannya kembali dalam kehidupan yang sebenar. dan inilah tanda-tanda masyarakat yang perlu dikhuatiri. apakah kita akan termasuk ke dalam majoriti yang demikian??.!!


Saturday, November 13, 2010

Interview Luar Biasa???????

Ini adalah sebuah sesi interview yang di "adakan" oleh saya dengan seorang manusia. terima kasih manusia. selamat membaca dan menganalisa (kalau rasa rajin).

si + = hai, selamat tengah malam. saya dapat memastikan tengah malam ini kamu sedang dalam tidak sihat badan dan yang pasti lagi kamu masih mengalami apa yang disebut insomnia. iaitu penyakit "fashion" yang tidaklah begitu penting. sebenarnya kamu boleh medeskripsikan seorang kamu, siapa kamu dan nama kamu bila itu memang perlu diungkapkan.

si # = hai, selamat tengah malam juga. wah apabila kamu menghendaki keadaan itu adalah yang saat ini tengah saya alami. kamu boleh membayangkan saya dalam keadaan tersebut. dan saya fikir kerana kamu sangat mengenali saya dan saat ini sedang dalam proses mendalami mahupun menganalisa tentang seorang saya, jadi mungkin apa yang kamu ungkapkan mungkin adalah sebuah fakta. seorang saya??? umm..sebut saja manusia, ahhh, kata manusia ini terlalu menjadikan saya misterius, tidak spesifik, umm..jika begitu sebut saja saya manusia bernyawa dengan sejuta kehendak dan sejuta pemikiran atas kebenaran yang saya kehendaki. saya adalah seorang penipu dalam kehidupan milik saya sendiri, menipu bukanlah tentang yang nyata dan yang tidak nyata, kerana sekarang ini manusia hampir tidak mampu membezakan mana yang nyata dan mana yang tidak, dunia ini terlalu dipenuhi kebohongan dan imaginasi, sebuah khayalan tingkat tinggi. saya adalah seorang yang telah menipu diri saya sekian lama, sampai saat ini, membohongi seluruh keyakinan saya atas sebuah kata yang saya biarkan tertera sekian lama dalam data formal diri saya.

si + = hmm..seorang manusia???

si # = ya seorang manusia, apa lagi yang kamu mahu dari saya?? saya suka orang, setan, iblis, malaikat memanggil saya dengan kata manusia. nama yang indah buat saya, dan lagi pula yang terpenting dari sebuah nama adalah "subjek tersebut mempunyai nama". bukankah nama manusia sangat istimewa?? saya menyukai hal-hal yang sedikit mengandungi dwimakna. manusia...tanpa pelabelan jenis kelamin. atau kamu mahu menamai diri saya binatang? ahh..saya amat menyukai menjadi manusia, kerana apa?? bukan kerana binatang selalu dianggap makhluk yang lebih rendah dari manusia. tapi kerana manusia mempunyai pilihan to do or no!!

si + = umm.. dari mana kamu yakin bahawa kita manusia hampir tidak mampu membezakan antara yang nyata dan yang tidak nyata?

si # = kamu sendiri mampu menilai apa yang saya katakan adalah sebuah hal yang nyata. tidak mengandungi unsur pembohongan? ya mudah saja, bagi kebanyakkan orang, sesuatu yang tidak boleh dibuktikan itu hal yang tidak nyata atau mungkin lebih tepat itu cuma bahagian dari gosip yang belum tentu kebenarannya. sedangkan yang dapat dibuktikan itu nyata dan fakta. tapi benarkah itu keadaannya?? hal yang tidak dibuktikan itu tidak nyata. ambil contoh konsep ketuhanan, apakah benar mereka-mereka memandangnya sebagai sesuatu yang tidak nyata?? dan yang paling mudah adalah drama-drama yang sekarang ini sedang riuh berputar di televisyen dengan segala ketololan yang diperlihatkannya, banyak orang yang menganggap apa yang terjadi dalam drama itu adalah sesuatu yang nyata.

si + = okey, okey saya setuju dengan jawapan kamu. mengutip dari jawapan yang kamu berikan tadi "sebuah kata yang saya biarkan tertera sekian lama dalam data formal diri saya", hmm..maksud kamu dengan hal itu?

si # = maksud saya?? apakah kamu masih belum memahami apa yang saya maksudkan dari kalimat saya tersebut. dan lagi kamu main kutip sesuka hati saja. kutiplah sebuah kalimat dari kalimat awalnya. yang saya maksudkan dalam kalimat itu adalah tentang saya yang masih belum tahu hal itu sampai saya mengetahuinya saya terus-terusan menjadi bahagian dari hal tersebut yang sebenarnya setelah saya tahu dan mempunyai pilihan sendiri, saya memiliki pilihan untuk tidak berpihak mahupun menyakini hal tersebut, namun sayangnya hal itu masih saja tercantum dalam data formal diri saya. kamu tahukan apa yang saya maksudkan dengan data formal?? soal apa kata yang saya maksudkan, ketika saya membicarakannya bererti saya membicarakan privacy saya juga. dan kamu perkara macam itu pun kamu nak tahu?? dasar tukang tanya.

si + = kitakan tengah interview, mestilah saya perlu tahu.

si # = iaitu sebuah agama, satu kata yang saya pelajari sekian lama tapi tidak juga saya temukan hal yang istimewa bagi saya, tidak juga saya bertemu hal yang baik pada saya dalam praktik dan dogma-dogmanya.

si + = ohh agama..hmm..apakah itu berhubungan dengan kepercayaan terhadap tuhan juga??

si # = ini bukan tentang antara saya dan tuhan, tapi tentang saya dan sebuah agama. ketika kita membicarakan tuhan janganlah selalu dikaitkan dengan sebuah agama. hubungan kita dengan tuhan tidaklah sama dengan hubungan kita dengan agama.

si + = tapi tetap berhubungankan?? setiap agama pasti ada tuhan. apakah adanya sebuah pembenaran yang disajikan kepada umat beragama oleh agama itu sendiri sebagai suatu kebenaran yang mutlak??

si # = kalau berbicara tentang agama pastilah berhubungan dengan tuhan. tapi kalimat saya kan ketika kita membicarakan tuhan, dan itu tidak selalu berhubungan dengan menganut sebuah agama. itu hal yang akan saya huraikan disini, tentang setiap agama mempunyai tuhannya masing-masing. dan masalah pembenaran agama sebagai kebenaran mutlak. tepat sekali apa yang kamu katakan. sebuah pembenaran agama. saya analisa bahawa pembenaran agama atas "tuhan itu satu" membuat tuhan tidak lagi menjadi sebuah misteri suci yang bersemayam di hati setiap makhluknya. padahal tuhan itu ada berapapun kan menjadi bahagian dari misteri ilahi. seperti yang kita tahu, ada juga agama yang mempersepsikan tuhan sesuai dengan pemikiran mereka (manusia) dengan memberikan dalil bahawa "tiada tuhan selain aku", yang menjadikan tuhan terlihat tidak mahu tersaingi oleh tuhan-tuhan yang lainnya.

*INTERVIEW BERSAMA SEORANG MANUSIA TERPAKSA DIBERHENTIKAN SAMPAI DISINI SAJA. KERANA DIHALANG OLEH PIHAK CENSORSHIP. BAHAGIAN SETERUSNYA INTERVIEW INI BIARLAH SAYA SEORANG MENGETAHUINYA*


Friday, November 12, 2010

Catatan Luka Robot-Robot Pekerja

Matahari tak begitu hangat pagi ini, langit nampak memucat, tanah menjadi basah akibat di gomoli hujan semalam dan udara segar yang sudah tercampur aroma kilang telah menjadi bahagian dari pagi yang tidak menyenangkan. pagi memang tak seharus selalu indah, baik atau buruk semuanya ditentukan tuhan. ini adalah hari yang membosankan, tidak ada kata-kata lain yang dapat mengisi kepala kecuali catatan dari tafsir mimpi semalam.

Saya adalah seorang yang terlahir dan ditakdirkan menjadi seorang yang dianggap gila dengan impian-impian yang dianggap berdosa oleh masyarakat. saya adalah lelaki bebas, idealis dan tidak berbeza dengan para pemuda sejenisnya. alam dan lingkungan telah memberikan banyak pelajaran tentang kebebasan, kebebasan menuangkan aspirasi, kebebasan berekspresi dan kebebasan memunculkan identiti. tuhan memberikan banyak pilihan dalam menentukan apa yang membawa kita kepada kebahagian. telah menjadi kudrat manusia untuk menetapkan pilihan-pilihan dalam kehidupannya. pilihan-pilihan itu wujud dari kehendak bebas.

Diri saya yang lain telah membawa saya kepada imaginasi-imaginasi gila yang menyesatkan tapi menyenangkan, dia selalu mengatakan kamu adalah diri kamu, bukan orang lain, tak perlu buktikan siapa dirimu, sebab dirimu sudah ada sejak mula. bersiap dan terimalah dirimu.

Menjadi bahagian dari siksaan-siksaan duniawi yang sudah tidak lagi mampu dikendalikan kebusukannya. saya, kamu dan robot-robot pekerja yang lainnya, hidup di atas tanah yang begitu pahit. tanah yang sudah dikuasai oleh pemerintahan yang membuat kekuasaan sesuka hati dimana hukum hanya berlaku untuk orang-orang bawahan.

Selalu ada upaya memberontak dari batas-batas pemikiran yang membawa impian menuju kepada makam-makam dimana harapan akan terkubur hidup-hidup. sudah cukup mereka menguasai saya! saya benci dikuasai! membayangkan betapa bahagianya hidup jika tanpa seseorang yang lainnya, atau tidak ada penguasaan individu terhadap individu lain. kita semua manusia bebas! tuhan memberikan kebebasan! bebas adalah keinginan lepas dari jeratan tali yang mengikat kaki yang berhenti melangkah dari jalan-jalan yang semakin terpinggir dari peradapan. saya tetap berjalan, perlahan tapi pasti! tetapi disini saya tidak mampu berjuang sendiri, saya perlukan orang-orang yang sejenis dengan saya itu untuk bersama-sama melangkah dan berbicara. kami akan membuktikan bahawa kami bukanlah kerbau suruhan yang di cucuk hidungnya. katakan bahawa harga diri kami tak semurah harga keringat yang mampu mereka bayar!

Wednesday, November 10, 2010

Perjalanan Menuju Puncak Erotik Dalam "Henry & June"

Henry & June (1990)

Bagi mereka yang asing dengan nama pengarah Philip Kaufman, beliau adalah salah seorang pengarah hollywood yang berani mengambil risiko dengan meloncat dari satu genre filem ke genre filem yang lain, bermula dengan drama realisme hingga fantasi dan komedi.

Henry & June boleh dikatakan semacam novel autobiografi dari Anais Nin. filem ini mengisahkan tentang hubungan triangle amoureux antara Anais Nin dengan pasangan suami isteri iaitu Henri Miller dan June Miller. berlatar sekitar 1930-an, filem ini dibuka dengan potret rumah tangga Anais Nin dan suaminya Hugo, seorang pegawai bank yang tinggal di paris. hubungan suami isteri borjuis ini pada mulanya aman saja. sebagai pengarang, Anais mempunyai imaginasi-imaginasi nakal tentang seks, perkara ini tidak diketahui oleh Hugo, Anais bukan sekadar berimaginasi tapi beliau berhasrat untuk menikmati imaginasi-imaginasi nakalnya itu.

Pasangan Miller pun datang sebagai media bagi Anais untuk mewujudkan semua impian-impian liarnya. gilanya, Anais tidak hanya tertarik pada Henry Miller, iaitu seorang penulis yang berasal dari new york yang kasar dan agak sombong, tapi beliau juga tertarik pada isteri Henry iaitu June Miller, iaitu seorang tipikal wanita bebas, liar, misteri dan mengghairahkan. Anais terjebak pada dilema antara Henry dan June. Henry tidak hanya dijadikan sumber pengalaman sastera bagi Anais, tapi sumber pengalaman ghairah. sementara bagi June pula, Anais bertemu dengan kesesuaian dan kebebasan, June berposisi sebagai "lelaki" dalam hubungan mereka.

Philip Kaufman, sebelum filem ini, mengekplorasi tone erotik dalam filem The Unbearable Lightness of Being. kalau dalam The Unbearable Lightness of Being beliau memanfaatkan erotisme untuk membahas perbezaan filosofis mendasar dari cinta dan nafsu. Henry & June pula adalah lebih kepada tentang sensualisme, liberalisasi dan transformasi. tone erotisme dalam Henry & June dibuat dengan lebih berani berbanding dalam The Unbearable Lightness of Being. berbanding sekadar menjadi sebuah filem tentang orang yang tidur seranjang dengan orang lain untuk kenikmatan peribadi, Philip Kaufman berjaya membawa Henry & June ke arah pembelajaran. bukan pendidikan seks (sex-education), tapi pembelajaran bagi watak Anais Nin. perjumpaannya dengan pasangan Miller ditampilkan bukan hanya sebagai pengalaman sensual semata-mata, tapi juga sebagai media transformasi watak Anais.

Tidak ada satupun di antara watak utama (Anais, Henry dan June) yang ditunjukkan untuk memancing simpati. ketiga-tiga watak dalam filem ini adalah anti-simpati. siapa yang bakal simpati dengan gaya hidup orang-orang hedonis seperti ini?. satu-satunya watak yang boleh mendapat simpati penonton hanyalah Hugo, suami Anais. watak paling anti-simpati adalah June, dan Uma Thurman berjaya membawa watak ini dengan begitu baik. pada kenyataannya ini memang bukan filem yang boleh membawa semangat dan bukan juga filem inspiratif, ini memang filem tentang kehidupan hedonistik.

Philip Kaufman cukup berhasil menggambarkan explicit seksualisme. seperti novelnya, filem Henry & June bakal dianggap sebagai sebuah bentuk kebebasan berekpresi dalam berkarya bagi sesetengah orang, tapi bakal juga dianggap filem kotor oleh orang-orang yang berfikiran sempit dan tipikal.

Tuesday, November 9, 2010

"Ten" Potret Hypnotic Seorang Wanita Moden

Ten (2002)

Abbas Kiarostami sememangnya adalah salah seorang pengarah yang sering bereksperimen dengan filem-filemnya, bukan hanya dari segi kontekstual, tapi juga secara teknik dan filosofis, tidak hanya pada bentuk, tapi juga merangkumi isi. Ten tidak seperti filem-filem pada umumnya yang sering ditayangkan di panggung-panggung, filem ini dengan berani melepaskan diri dari bentuk-bentuk konvensional sebuah filem pada umumnya. itulah yang membuat abbas kiarostami berbeza dengan pengarah konvensional.

Setelah bermain-main dengan tema eksistensialis dan batasan antara fiksi dan realiti dalam Taste of Cherry dan trilogi Koker, kali ini abbas kiarostami bermain dengan gaya minimalis yang lebih inovatif. Ten tidak pengusung pendekatan poetic (puisi) seperti dalam Taste of Cherry, tapi lebih ke arah realis.


Seperti tajuknya, Ten terbahagi kepada sepuluh bahagian, setiap bahagian merupakan percakapan antara seorang wanita yang sedang memandu kereta dengan berbagai orang yang duduk di dalam keretanya ketika dia memandu menyusuri sekitar tehran. penumpangnya antara lain : amin-anaknya, temannya, seorang pelacur, kakaknya dan seorang wanita tua. percakapan di antara mereka menyentuh pelbagai macam hal, umumnya persoalan wanita : masalah peribadi beliau, konflik ibu-bapa, masalah pernikahan dan perceraian, takdir dan keyakinan spiritual, status dan posisi wanita, prostitusi hingga permasalahan politik gender di iran.


Sekalipun hadir dengan gaya minimalis, Ten mempunyai muatan universal. Ten membahas bagaimana sudut pandang para wanita terhadap dunia, dimana persepsi mereka umumnya berkait kepada keterikatan terhadap lelaki.

Ten juga boleh dikatakan sebagai sebuah filem yang membahas masalah polemik gender di iran. saya tidak akan mengkategorikan filem ini sebagai propaganda, lagi pun pada dasarnya Ten hanya menunjukkan potret berbanding sebuah propaganda sosial.


Abbas menggunakan method yang tidak umum dalam pembuatan filem ini. beliau menggunakan cara "dashboard camera" yang sebelumnya juga digunakannya pada filem Taste of Cherry dan The Wind Will Carry Us. tapi method yang digunakan oleh abbas kali ini benar-benar inovatif, bahkan di New York's Film Forum ianya membingungkan pemahaman konvensional tentang cara pembuatan sebuah filem. gaya minimalis pada Ten sangat berbeza dengan gaya maksimalis di dalam filem Russian Ark.


Ten sememangnya bukan filem tontonan ringan, bukan tipikal filem-filem popcorn, malah pasti dinilai menjemukan bagi penonton yang sudah terkontaminasi kekonvesionalan hollywood. ini adalah filem untuk mereka yang mencari sesuatu yang baru, sesuatu yang lebih dan deep, dan sesuatu yang bukan sekadar karya komersial. pada saya inilah apa yang di namakan filem.


p/s : Penumpang (2010) arahan Al-Hafiz Burhanuddin juga menggunakan method "dashboard camera", mungkin terinspirasi dari Abbas Kiarostami, mungkin!.

Monday, November 8, 2010

P Ramlee : A Tragedy That No Talent Corp Could Have Saved

Question: Di Mana Kan Ku Cari Ganti?
Answer: Not in Malaysia

Those who watched the heart wrenching P Ramlee documentary on the History Channel on Oct 31, 2010 must have gone to bed with a heavy heart.

It transpired that Malaysia's one and only film icon had died penniless and shunned by the public, including his own colleagues.

And the way it was done appears to have uncanny resemblances to what's happening today in Malaysia, almost 45 years after Ramlee returned to Malaysia.

The documentary, narrated by British actor, Timothy Watson and was 12 years in the making included precious interviews by some of his friends, actors and actresses who had passed on. The underlying tone was one of profound melancholy.

Ramlee, borne out of poverty along Caunter Hall Road at an Achenese community in Penang , had to endure the brutal Japanese occupation whose schools incidentally inculcated a certain discipline in him.

In his formative years then, this discipline proved crucial as a founding platform for his eventual brilliance, creativity and innovation in film and music.

He subsequently gained phenomenal success at Shaw brother's Jalan Ampas studios in Singapore. His success at Jalan Ampas was the apparent result of the studio's incredible milieu of experienced film crew, choreographers and directors which the Shaw brothers had assembled from India, Hong Kong and Indonesia.

With the load of management and finance off his shoulders, Ramlee was able to thrive and focus on his talent of creating music, acting and eventually direction, screenplay and editing.

The Shaw brothers invested and created such a conducive environment at Ampas that Singapore became the Mecca for the Malay film industry for an entire genre of actors and actresses from the whole of the Malay Archipelago from Pontianak to Penang to Medan.

Apart from Ramlee, Ampas provided careers for other actors and actresses like Nordin Ahmad, S Kadarisman, Ahmad Daud, Normadiah, Saloma and Saadiah.

But this talent could not have been developed without the expertise of directors such as BS Rajan, L Krishnan and Phani Majumdar. Directors such as Majumdar already had something like 15 years experience in directing films in various languages in Calcutta and Bombay before they came to Singapore.

It was on this wealth of experience that the Malay film industry flourished.

Majumdar directed Ramlee in 'Anakku Sazali' which won Ramlee Best Actor in 1956. And when Majumdar returned to India, he discovered another great Indian actor, Feroz Khan and directed Khan in his first big hit 'Oonche Log' in 1965. Yes, it was happy times then at No 8 Jalan Ampas and Boon Kheng Road. But it had to end. Or so it seems.

Things appear to have taken a turn for the worse during the confusion of the Malaysia-Singapore separation of 1963 when Lee Kuan Yew had trouble reigning a tight leash on trade unions involving Lim Chin Siong, and his own PAP leaders led by Che' Awang and Devan Nair.

Ramlee appears to have been an inadvertent victim of the unions' unreasonable demands leading Shaw brothers to call it a day at Jalan Ampas when they couldn't keep up with unions' demands for higher pay.

Other views suggest that Ramlee was poached and enticed to return to Malaysia which he did in 1964. Wrong step it seems. All promises in Malaysia were not kept by his new masters. Sounds very, very familiar here.

Merdeka studios was poorly equipped and its rookie staffing meant the legend had to multitask which ended up eventually in him churning out shoddy movies. All 18 movies he directed in Malaysia flopped. Sounds like the same stories we hear from some of our Malaysians "trying" to return home from overseas.

Ramlee lost his glitter, his money and his fame. His partner and colleague, HM Shah, tried to form a company called Perfima to enable Ramlee to relaunch his career and produce his dream of colour films.

But Perfima apparently ended up in the hands of inexperienced and connected cronies leaving the talented Ramlee then, as in now, even as a Malay, blatantly unrecognised, ignored and out in the cold.

The documentary brutally exposes how Ramlee tried in vain to set up P Ramlee productions, but was again shut out by this country's media and entertainment industry including RTM.

He had to sit in the canteen at Ankasapuri while Saloma had her own show in RTM! He could not secure any government aid, grants or 'Private Financial Initiatives' despite his passion for Malay music and culture.

He tried to reinvent himself and sought a bank loan - but was rejected! With his wealth of experience and in his early 40s then, he should have easily qualified.

Poor Ramlee didn't know that in Malaysia it is the "know who" that counts than the "know how". If he had known George Tan from the Carrian Group then, Ramlee may have received a few million from BMF without even having to pay back. Or he should have "nurtured" some connections like how some luminaries have.

Ramlee by now, tragically stressed out, overweight, disheveled, completely down and out with passion and spirit broken, had to now do almost any job he could including running mahjong tables and singing at weddings and other functions to put food on the table for his family. He had to live on rice and eggs.

It was truly 'Air Mata di Kuala Lumpur' for Ramlee. A court summons a day prior to his death for being a guarantor finally tipped the balance and did him in when he suffered a massive heart attack and he died on May 29, 1973 at the age of 44.

On the day he died, there was no rice in his house. And Saloma had no money for his funeral. The man and legend, P Ramlee paid a very heavy price for returning to Malaysia. The country just did not have the infrastructure, manpower and expertise to accommodate his enormous talent.

He would have been better off in Singapore even with the unions there. He would not have gone broke in the club and wedding scene there and perhaps Singapore TV could have given him a break as compared to our own RTM.

All the belated accolades and titles were meaningless as far as the man himself was concerned. He died hopelessly broke and broken.

The documentary is not only an eye opener but a very good case study for anyone contemplating returning home to Malaysia.

Whether you are a scientist, engineer, accountant, doctor, etc, beware of the conditions enticing you to return.

If your kid is an aerospace engineer, a naval architect or a transplant surgeon, it's a no brainer that he/she should not return at all unless you are absolutely sure the country has the infrastructure and skilled manpower to support these fields.

Don't believe in these stories that you should come home to "help" and "develop" your areas of expertise. That's not going to happen. That sort of thing will only go to the chaps who have the connections.

Assess any offer carefully and do not trust anyone including this government. Make certain all agreements are enforceable in Singapore and the UK.

In retrospect P Ramlee, with no formal education but was able to compose more than 360 songs and 66 movies, probably returned to a society that was not developed nor had the brainpower and skills to match up to his vision.

In short he was just surrounded with a whole lot of officials and journalists with serious hangups who were not interested in the industry itself. There was no driving force like the Shaw brothers.

And the prevailing attitude at that time and probably even now was and still is a third class mentality. In an environment such as this, no one with creativity, innovation, skills and brains can ever hope to survive let alone thrive.

It's better they stay back where they can develop and nurture their talent. If a star as bright as Ramlee could be extinguished with such impunity, the rest are nothing.

Ramlee and his entire family were wiped out financially despite his immense talent. But he remains still till this day, the Malay Archipelago's cinematic legend. With apologies...

Hancur badan dikandung tanah
Budi baik dikenang juga
Biar alam hancur dan musnah
Jasa mu tetap dikenang juga


by : The Ampas Man

Friday, November 5, 2010

Apakah Sebenarnya Yang Terjadi Kepada Manusia Yang Terbang Terapung-Apung Di Angkasaraya Itu?


Aku merayau-rayau bersama teman aku entah dimana. aku ternampak sebuah poster. aku mengoyaknya. aku membacanya..

REWARD : SEORANG PENGANGGUR, PELAMUN MARIJUANA, DAN PEROMPAK. DIKEHENDAKI POLIS. SILA TELEFON. GANJARANNYA LUMAYAN.


Aku pening, aku mabuk, aku sasau, aku nanar, aku linglung, aku kacau bilau, aku berontakan.


"...apabila telinga manusia tidak dapat mendengar/menikmati/tuli pada suara yang merdu, apabila pandangan kita tidak dapat melihat/menilai/buta keindahan, apabila hati kita tidak dapat merasai/menerima, apabila penciuman kitahanya terbau kebusukan, apabila benda yang kita sentuh semuanya kesat dan gerigis, inilah yang akan terjadi...."

barangkali pengaruh kuasa asing itu yang telah merasuk jiwa aku. kuasa magik kemiskinan, ditambah pula kelaparan, penghinaan, penderitaan, pemberontakan, dan segala macam lagi telah membius seluruh otak aku.

sekarang ke mana aku akan bersembunyi?

ke dalam lubang gelap?


aku telah diangkat terbang ke angkasaraya...terapung-apung...


..aku terbang sebebas-bebasnya di angkasaraya..


kini aku takjub melihat ribuan manusia sedang terbang terapung-apungan. mereka yang sedang merana putus asa itu berterbangan disana-sini. mereka yang tidak diperlukan di bumi. mereka juga telah dirasuk kuasa-kuasa asing. mereka hanya berterbangan. mereka bergerak merawak-rawak tanpa arah tuju di angkasa raya, persis jutaan kelkatu malam. mereka hidup di dalam pembuangan diri di angkasa raya.
mereka telah berlanggar-langgaran sesama sendiri, lalu ada yang jatuh terhempas ke gaung yang dalam lagi gelap zulmat.

adakah laungan mereka yang malang, yang bergema di angkasa raya itu membangunkan gerombolan politikus, agamawan, cendekiawan, intelektual, sasterawan atau aktivis sosial yang kekenyangan dan sedang tidur dengan puas di atas tilam empuk dibawah kolong langit?. mereka yang baru pulang berceramah dan berpidato tentang masyarakat madani, masyarakat u-topia, masyarakat yang diredhai kerajaan dari langit atau entah apa-apa lagi.


mereka semua sudah tuli!!

dan mereka semua sudah buta!!!
.