Kapitalisme tidak segan–segan melebarkan sayap di dunia pendidikan, tentu dengan idealismenya bahwa kepemilikan modal adalah segalanya.
ia berhasil mendisfungsikan esensi pendidikan, mensubstitusi ruang kelas menjadi sebuah perusahaan.
bagaimana tidak ? kawan-kawan dapat melihat kondisi pada saat ini, yang bersekolah hanya mereka yang mampu membayar, bagaimana dengan yang ingin sekolah tetapi tidak mampu membayar ? kenyataan di lapangan, mereka tidak dapat menikmati bahkan sekedar untuk mencicipi suasana ruang kelas.
ya, itu tadi sekelumit tentang pra-ruang kelas. sekarang bagaimana dengan yang sedang menikmati ruang kelas ?
aura intelektualisme pun didistorsi menjadi sebuah rutin formaliti kemalasan. memang hal tersebut merupakan pilihan masing-masing individu. tetapi penting diingat ! jikalau ruang kelas masih dipenuhi perasaan dan aktiviti yang “salah”, adalah mimpi di siang hari melahirkan individu-individu berkualiti unggul. akhirnya, para pelajar hanya mencari nilai tetapi tidak lagi memikirkan, memanifestasikan apalagi mensyukuri erti sebuah proses.
tidak mustahil, lulusan ruang kelas ini akan berpenyakit mental bahkan cenderung ke arah penyakit moral. di kemudian hari mereka enggan berberfikir dan berusaha. pragmatisme sempit akan melekat pada setiap individu dengan menidak adakan nilai-nilai murni yang dianugerahi di dalam diri. korupsi adalah salah satu contoh sederhana.
hal-hal beginilah yang dimahukan oleh penganut agama kapitalisme ini. agenda busuk mereka ini akan menjahanam dan menjadikan sebuah masyarakat robot.
No comments:
Post a Comment