Tuesday, November 16, 2010

Jerat Konsumerisme

"atas bujukan setan, hasrat yang dijebak jaman - kita belanja terus sampai mati"
(efek rumah kaca - belanja terus sampai mati)

Keseharian hidup kita, terutamanya yang tinggal di daerah kota seperti di kuala lumpur. setiap detiknya tidak akan pernah lepas dari jeratan "shock therapy" billboard-billboard, pamplet-pamplet dan iklan konsumerisme. slogan-slogan licik dengan wajah dan kata-kata yang manis, persuasive dan penuh ghairah ditayangkan, khususnya melalui media. untuk itu, siapapun tidak akan menyedari bahawa dirinya sedang cuba dipengaruhi oleh tanda dan citra yang menawarkan kebebasan, kenikmatan dan kebahagian hidup.

Itulah tanda-tanda post-modernisme, suatu tanda zaman yang mengagungkan budaya massa. indikasinya, konsumsi mengalahkan produksi, nilai tanda mengalahkan nilai guna dan nilai tukar. contohnya, jika kita membeli produk import (apapun brand), bukan dilihat melalui fungsinya tapi dari prestigenya (kecenderungan seperti ini banyak melanda kaum muda ibu-kota). mereka cenderung memilih produk import berbanding buatan lokal. lebih memilih mcdonalds berbanding burger tepi jalan depan 7 eleven. padahal sajiannya hampir sama saja.

Semua ini mesti diakui adanya gempuran pelbagai media yang semata-mata mengaut keuntungan tanpa peduli sama sekali impaknya. inilah kurun sejarah yang memuja bentuk dan penampakan berbanding kekhususan, serta mengejar keuntungan berbanding kemanfaatan dan fungsi. televisyen, iklan, shopping mall, video game, kursus kecantikkan, cat rambut, plastic surgery, adalah sederet ikon gaya hidup dan kosa kata budaya massa.

Budaya massa difahami sebagai budaya popular yang diproduksi melalui teknik prdoksi massa dan diproduksi melalui keuntungan. budaya massa adalah budaya komersial. budaya massa ditumbuhkan dari atas, ia diproduksi oleh tenaga-tenaga teknik yang diperkerjakan oleh produser. sasarannya adalah konsumer-konsumer pasif dimana partisipasi mereka terbatas pada pilihan membeli atau tidak membeli. oleh sebab itu dalam realiti kebudayaan dewasa ini, tidak ada lagi budaya tinggi, agung dan luhur. sebagaimana tidak ada lagi budaya rendah atau pinggiran. budaya tinggi kini telah berubah menjadi komoditi produk budaya yang dikomersialkan. dalam bidang muzik, dari situasi seperti ini boleh jadi sudah tidak ada lagi yang namanya genre muzik tertentu lebih hebat dari genre muzik yang lain. kenapa demikian? kerana semuanya sudah jadi komoditi dan semuanya sudah harus dijual. seperti yang terjadi dalam industri muzik arus besar selama ini.

Semuanya sudah sama saja, sebab semua sudah jadi industri dan automatis dijual secara massa@murah-meriah. menurut AC Nielsen, 93 peratus konsumen malaysia termasuk recreational shoppers(pembelanja rekreasi), mereka berbelanja bukan kerana keperluan, tetapi lebih untuk kesenangan. ini lebih parah dibandingkan dengan amerika syarikat yang masyarakatnya terkenal konsumtif, hanya 68 peratus saja konsumennya yang recreational shoppers.

Inilah fahaman konsumtivisme merangkap fahaman yang mahu mengkonsumsi sahaja. fenomena anak muda yang cuba meng-up-kan diri. yang suka berbelanja di shopping-shopping mall atau minum kopi di starbucks. hanya ingin menggunakan brand-brand seperti louis vuitton, armani, prada, dunhill, ralph lauren dan macam-macam lagi, merupakan tanda nyata budaya konsumtif sudah meyerang. dan yang menjadi masalah adalah fenomena seperti ini tidak diimbangi pola hidup yang produktif dari masyaraktnya.

Arus konsumerisme atau kecanduan belanja yang sifatnya emosional, bukan lagi rasional. melalui iklan, kempen, talk show dan gempuran pelbagai informasi melalui media massa, konsumen dirayu untuk mengkonsumsi lebih dan lebih banyak lagi. dalam mekanisme komunikasi seperti ini, tak ada lagi pesan, tak ada lagi makna kecuali semata-mata dorongan memikat untuk mengkonsumsi apa yang ditawarkan.

Menurut Jean Baudrillard, konsumen adalah "majoriti yang diam", yang pasif menerima segala apa pun yang masuk ke dalam tubuh dan fikirannya, menelannya mentah-mentah tanpa pernah mampu merefleksikannya kembali dalam kehidupan yang sebenar. dan inilah tanda-tanda masyarakat yang perlu dikhuatiri. apakah kita akan termasuk ke dalam majoriti yang demikian??.!!


No comments:

Post a Comment